Cikal Bakal Museum
Hadirnya Museum Mini Sisa Hartaku berawal saat wedhus gembel alias awan panas menyapu kawasan lereng Merapi pada 2010 silam, tak terkecuali dengan Desa Petung. Rumah warga tersapu bersih rata dengan tanah, tak terkecuali rumah Watinem—yang kemudian menjadi cikal bakal museum ini. Erupsi besar itu telah membuat hartanya habis hingga rumahnya hanya Terisa tembok saja. Anaknya, Sriyanto lantas berinsiatif mengumpulkan benda peninggalan yang masih ada. Berawal dari niat ‘hanya’ untuk kenangan anak cucu, ternyata malah menjadi seperti museum.
Benda-benda yang Terpanjang
Adapun benda-benda yang terpajang di Museum Sisa Hartaku sebenarnya ‘tak sempurna’. Ada botol yang sudah meleleh, dokumen, alat-alat rumah tangga, gelas, piring, bahkan sendok yang juga meleleh. Pakaian hangus, TV yang usang juga tampak menghiasi museum mini itu. Satu hal yang sangat menarik adalah jam dinding yang terbalik di bawah lapisan pasir Merapi. Dalam ‘diam’ jam itu menunjuk angka 12 lebih 55 menit 40 detik, ini adalah waktu di mana Merapi meletus hebat pada 2010 lalu.
Belajar Kehidupan
Meski barang-barang yang terpanjang di dalam ruangan maupun di luar ruangan tak begitu banyak. Namun, mengunjungi Museum Sisa Hartaku mampu menggugah emosi sekaigus empati. Anda yang puas berkeliling melihat keindahan Merapi, di sini sejenak akan ‘diajak merenung’ oleh keadaan. Benda-benda mati yang terpajang hanyalah beberapa saksi bisu bagaimana Merapi telah memberi peringatan bahwa sejatinya hidup ini hanya sementara. Harta bisa habis dalam sekejap saat alam bergejolak. (y)